Sabtu, 21 Juni 2008

PRINSIP 90/10 DARI STEPHEN COVEY



Menurut prinsip ini, 10% dari kehidupan kita terdiri dari apa yang terjadi kepada kita, selebihnya (90%) tergantung dari sikap kita dalam menghadapinya. Artinya, kita tidak dapat mengontrol apa yang akan terjadi kepada kita “CUMA” 10% itu.

Kita tidak dapat mencegah mobil kita dari kerusakan. Pesawat kita mungkin di delay yang menyebabkan semua schedule kita berantakan. Mungkin kita juga akan di salip oleh pengemudi lain di jalan. Kita tidak dapat mengontrol factor 10% ini. TETAPI, yang 90% adalah hal yang lain. Kita dapat menghendaki bagaimana kita menjalani 90% itu.

Bagaimana caranya? Dari reaksi kita

Kita tidak dapat mencegah lampu lalu lintas berganti ke merah, tapi kita dapat mengontrol reaksi kita terhadap hal tersebut. Jangan tertipu! – Hanya KITA yang (pasti) dapat mengontrol reaksi kita sendiri.

Anda sedang menikmati sarapan pagi sekeluarga dan tanpa di sengaja anak Anda menumpahkan kopi ke pakaian kerja Anda. Anda tidak dapat mengontrol apa yang barusan terjadi, namun apa yang akan terjadi selanjutnya akan sepenuhnya bergantung kepada bagaimana reaksi Anda terhadap kejadian ini.

Anda mengutuki diri sendiri (menggerutu)…

Anda memarahi anak Anda karena telah menumpahkan kopi tersebut. Anak Anda kemudian menangis karena di marahi. Setelah memarahi anak Anda, Anda kemudian mengkritik istri Anda karena meletakkan cangkir kopi Anda terlalu di pinggir meja. Kemudian Anda dan istri Anda pun bertengkar sejenak. Anda lalu lari ke kamar untuk mengganti pakaian Anda. Di meja makan, anak Anda yang sejak dari tadi menangis tidak dapat menhabiskan sarapan paginya dan mengganti pakaiannya untuk sekolah. Dia pun ditinggal bis sekolahnya dan istri Anda harus segera berangkat ke kantornya. Anda langsung menuju ke mobil Anda dan mengantar anak Anda ke sekolahnya. Karena sudah agak terlambat, Anda pun mengendarai mobil dengan sedikit mengebut. Anda sampai di sekolah anak Anda setelah terlambat 15 menit dan mendapatkan surat tilang karena mengebut. Anak Anda pun langsung lari masuk ke sekolah tanpa pamit kepada Anda terlebih dahulu. Setelah dari sekolah, Anda langsung ngebut ke kantor karena sudah terlambat 20 menit. Sesampai di kantor, Anda baru sadar bahwa Anda lupa membawa tas kerja Anda. Karena Anda sudah memulai hari Anda dengan tidak bagus, hal ini akan terus berlanjut hingga jam pulang nanti. Anda pun mulai tidak sabar untuk menanti sampai pukul 5 nanti, dimana Anda ingin segera pulang. Sesampai di rumah, Anda mendapati bahwa situasi di rumah pun tidak begitu ramah. Ada sedikit jarak antara Anda dan istri dan anak Anda.

Mengapa demikian? Semua ini karena reaksi Anda di pagi hari tadi

Apa penyebab hari buruk Anda?

A. Apakah karena kopi yang tumpah?

B. Apakah karena anak Anda?

C. Apakah karena Anda di tilang polisi?

D. Apakah Anda penyebabnya?

.

..

….

Jawaban yang benar adalah: D.

Apa yang terjadi dengan kopi Anda memang di luar dari kendali Anda, namun reaksi Anda terhadap kejadian tersebut lah yang menyebabkan Anda memiliki hari yang buruk.

Berikut adalah apa yang dapat dan seharusnya terjadi atas kejadian tersebut:

Anda tertumpah kopi dan anak Anda sudah mulai menangis. Anda seharusnya menenangkannya sambil berkata, “Ga pa pa kok say, kamu hanya perlu lebih hati-hati aja lain kali.” Lalu sambil membersihkan baju Anda dengan handuk kecil, Anda bergegas ke kamar Anda untuk menukar pakaian. Setelah selesai berpakaian, Anda mengambil tas kerja Anda dan kembali ke meja makan sambil melihat anak Anda yang melambai ke arah Anda sedang menaiki bis sekolahnya. Anda pun dapat sampai di kantor 5 menit lebih awal dan berbincang-bincang sebentar dengan rekan-rekan kerja Anda. Bahkan bos Anda juga memberi komentar yang positif terhadap perilaku Anda yang sedang senang hati hari itu.

Dapatkah di lihat perbedaan antara 2 skenario di atas? Mereka mempunyai awal yang sama, namun akhir yang berbeda..

Mengapa?
Semuanya tergantung bagaimana sikap Anda dalam menghadapi situasi tersebut.

Anda memang (pasti) tidak dapat mengontrol apa yang akan terjadi pada Anda (factor 10%), tetapi reaksi dan sikap Anda (pasti) dapat mempengaruhi factor yang 90%.

Berikut adalah beberapa saran untuk mengaplikasikan prinsip 90/10 dalam kehidupan kita sehari-hari:

Apabila ada beredar komentar negatif mengenai Anda, janganlah di serap begitu saja. Anda seharusnya dapat bersikap cuek. Jangan biarkan komentar negative tersebut mempengaruhi hidup Anda..!!! Bersikaplah sewajarnya dan hari-hari Anda akan lebih membaik. Reaksi yang salah mungkin akan mengakibatkan Anda kehilangan seorang teman baik, di pecat dari pekerjaan atau mengidap stress yang berkepanjangan.

Bagaimana seharusnya sikap Anda terhadap pengemudi yang tiba-tiba menyalip di depan Anda? Apakah Anda akan marah? Membanting kemudi mobil Anda? Menghujat? Apakah tekanan darah Anda semakin tinggi? Apakah Anda akan mencoba untuk menabrak mobil tersebut? Siapakah yang akan peduli apabila Anda datang ke kantor lebih telat 10 detik? Jangan sampai karena kejadian tersebut, mood Anda berubah jadi tidak bagus.

Ingatlah akan prinsip 90/10 ini, dan janganlah Anda terlalu khawatir.

Anda menerima kabar bahwa Anda akan di pecat dari pekerjaan Anda. Janganlah Anda menjadi stress, tidak bisa tidur dan jadi bad-mood. Semuanya ini dapat Anda lewati. Anda seharusnya dapat memakai waktu dan peluang ini untuk mencari pekerjaan yang baru

Pesawat yang akan Anda tumpangi ternyata delay dan Anda tahu bahwa hal ini akan merusak semua rencana Anda untuk hari itu. Janganlah Anda memarahi awak pesawat tersebut? Ini juga sebenarnya di luar dari kendali awak pesawat tersebut. Dia juga sebenarnya tidak mengetahui mengapa hal tersebut terjadi. Seharusnya, Anda dapat menggunakan waktu luang tersebut untuk belajar atau mencoba untuk lebih mengenal penumpang yang lain. Janganlah Anda menjadi stress karena hal ini hanya akan membuat segala sesuatunya menjadi lebih buruk.

Nah.. sekarang Anda sudah mengetahui dan mempelajari prinsip 90/10. Cobalah untuk menerapkan prinsip tersebut pada kehidupan sehari-hari Anda dan percayalah, bahwa hidup Anda akan jauh menjadi lebih baik lagi.

Prinsip 90/10 adalah sesuatu yang menakjubkan, dan belum banyak daripada kita yang mengetahui dan mengaplikasikannya di kehidupan kita. Oleh karena itu banyak daripada kita yang mengalami stress yang berlebihan, masalah dan sakit hati.

Bukankah kita semua harus dapat mengerti dan mengaplikasikan prinsip

Sabtu, 14 Juni 2008

Ketika Cinta Bertasbih 1


Karya terbaru dari habiburraham el shirazy, 'ketika cinta bertasbih, episode 1'.
Jadi orang miskin yang berprinsip, begitu tema keseluruhan dari novel ini. miskin bukan nasib. tapi kondisi yang memerlukan tekad untuk mengubahnya. "setiap manusia sudah ada jatah rejekinya. dan rejeki seseorang tidak akan diambil orang lain."

komentar saya : miskin bukan akhir dunia!



ceritanya

Mengisahkan seorang khairul azzam, mahasiswa cerdas dari indonesia yang menuntut ilmu di univ al azhar cairo. impiannya untuk menjadi mahasiswa indonesia yang lulus paling cepat sepanjang sejarah buyar, karna berita meninggalnya ayahanda di tanah air. azzam sebagai anak tertua dengan 3 adik perempuan akhirnya memutuskan untuk kuliah sambil bekerja untuk menafkahi keluarga di tanah air. yang kebablasan jadi bekerja nyambi kuliah. butuh waktu 9 tahun bagi azzam untuk menyelesaikan kuliahnya. azzam seorang manusia biasa, sempat merasa iri pada seorang rekannya yang dalam waktu 9 tahun bisa meluluskan kuliah S1 plus S2-nya.

sedikit kritik dari saya untuk novel ini adalah tokohnya terlalu banyak,
sehingga saya perlu mengerutkan kening untuk mengingat siapa itu pak ali, masyithah, nasir, cut mala, dst.


Rabu, 04 Juni 2008

Ketika Cinta Bertasbih

Category : Book
Genre : Religion & Spirituality
Author : Habiburrahman El Shirazy


Di buku KCB 1, Kang Abik berhasil membuat pembacanya seolah-olah berada di Negeri 1000 Menara, Negeri Para Nabi, Negeri Mesir. Di buku itu pula diceritakan mengenai perjuangan para mahasiswa & mahasiswi Indonesia dalam menuntut ilmu di Negeri Para Nabi tersebut. Di buku ini, Kang Abik lebih banyak mengangkat Kota Solo dan Pesantren Daarul Qur'an atau yang lebih dikenal dengan Pesantren Wangen yang diasuh oleh Kiai Lutfi. Kiai Lutfi adalah ayah dari Anna Althafunnisa, seorang bidadari dambaan para mahasiswa Cairo yang sedang menyelesaikan S2-nya.


Di buku ini juga diceritakan mengenai Ayatul Husna, seorang penulis novel yang mendapatkan penghargaan karya terbaik nomor 1. Ayatul Husna atau yang lebih akrab dipanggil Husna, tak lain dan tak bukan adalah adik kandung Khairul Azzam. Khairul Azzam, salah seorang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Cairo selama 9 tahun. Tapi Azzam, lebih dikenal dengan pembuat tempe dan bakso demi memenuhi kebutuhan ibu dan 3 orang adik perempuannya di Indonesia.


Setelah 9 tahun menuntut ilmu di Negeri para Nabi, akhirnya Azzam kembali juga ke tanah air. Ia menemani Husna menerima penghargaan yang diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya TIM. Ia juga berkumpul kembali dengan ibu dan adik-adiknya. Bulan pertama di Indonesia, banyak yang mencibir dirinya. "Sayang ya sembilan tahun di Mesir masih menganggur. Aku kira begitu pulang dari luar negeri langsung ditarik jadi dosen di IAIN atau STAIN. Eh malah jualan bakso. Kalo hanya jualan bakso, ngapain jauh-jauh kuliah di Mesir." Cibiran itu sempat membuat telinga ibunya Azzam menjadi panas. Ia meminta pada Azzam untuk keluar rumah layaknya pegawai kantoran. Inilah jeleknya orang Indonesia, yang dianggap bekerja apabila dia menjadi pegawai di salah satu Perusahaan. Sedangkan yang berwirausaha dianggap menganggur.


Akhirnya Azzam menuruti keinginan ibunya, ia menyewa satu kamar kos di dekat pasar Kleco. Jam 08.00 ia sudah sampai di kamar kost-nya, belanja kemudian meracik baksonya. Jam 14.00 semuanya sudah siap. Jam 14.30 ia buka warung baksonya. Begitulah rutinitasnya setiap harinya. Kepada para tetangga, ibunya bilang kalo Azzam dah punya kantor di Solo. Azzam terus memutar otaknya bagaimana usaha baksonya sukses. Akhirnya ia membuat bakso cinta. Bakso yang berbentuk hati.


Suasana warungnya didominasi dengan warna pink, dari gerobak, tenda, meja, kursi sampe mangkoknya pun berwarna pink. Di hari pembukaan warung bakso cintanya, sambutan dari pelanggan luar biasa. Hanya dalam waktu 4 jam baksonya habis terjual. Husna dan Lia, adiknya Azzam bahagia dibuatnya dan mereka yakin baksonya laris.


Akhirnya bakso cinta ia patenkan. Belum genap 1 bulan warung bakso cintanya sudah bertambah besar dan ia membuka cabang baru di UNS. Omsetnya per bulan mencapai dua puluh juta. Ia pun bisa membeli mobil sederhana layak pakai. Otaknya terus berputar untuk mencari peluang bisnis yang lainnya. Ia membuka bisnis fotokopi tak jauh dari warung baksonya dan diberi nama Fotocopy Cinta. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan meskipun tidak secepat bakso cinta. Setelah bisnisnya sukses sang ibu pun menginginkan agar Azzam segera menikah. Azzam pun memulai berikthiar, ikhtiar mencari cinta. Dari Mila hingga Seila.


Dan beberapa gadis lainnya yang berusaha diikhtiarkan oleh Azzam. Akhirnya Azzam dikenalkan oleh seorang dokter muda bernama Alviana Rahmana Putri atau Vivi. Vivi menerima lamaran Azzam. Husna juga merasakan kebahagiaan yang sama dengan kakaknya, ia menerima lamaran Muhammad Ilyas. Seorang santri Kiai Lutfi yang melanjutkan kuliah di Madinah dan S2 di Aligarh India. Rencananya pernikahan Husna akan dilaksanakan di hari yang sama dengan syukuran pernikahan Azzam di Kartasura.


Tapi Allah berkehendak lain. 4 hari sebelum hari yang membahagiakan itu, Azzam dan ibunya pergi menemui Kiai Lufti untuk memintanya menjadi mau'idhah hasanahnya. Tapi Kiai Lutfi menolaknya, karena dirinya merasa tidak pantas memberikan mau'idhah pada orang lain karna kegagalan pernikahan putrinya, Anna Althafunnisa yang hanya berumur 6 bulan. Selama 6 bulan pernikahannya, Anna masih janda kembang. Mahkotanya masih suci dan belum direnggut oleh Furqan, mantan suaminya.


Akhirnya Kiai Lutfi mereferensikan Kiai Kamal di Delanggu sebagai pengganti dirinya. Azzam dan ibunya pun bergegas menemui Kiai Kamal. Di tengah perjalanan bemper depan sebuah bus menghantam motor yang dikendari Azzam. Kecelakaan itu merenggut nyawa ibunya dan Azzam mengalami luka yang cukup parah. Kaki kirinya patah dan harus dioperasi. Melihat keadaannya seperti itu, Azzam memberikan kebebasannya pada Vivi. Dia boleh menikah dengan siapa saja yang dia suka. Vivi pun bertekad untuk setia pada Azzam.


Tapi Allah berkehendak lain, ibunya Vivi menjodohkannya dengan orang lain. Azzam sempat terpuruk, tapi berkat Husna semangatnya berikhtiar menemukan jodoh terbaik pilihan Allah kembali berkobar. Ia datang pada Kiai Lutfi dan menyerahkan cincin yang dikembalikan oleh Vivi. Ia memohon kepada Kiai Lutfi untuk mencarikan jari siapa yang cocok dan menerima cincin itu. Kedatangan Azzam ke rumah Kiai Lutfi bertepatan dengan rencana kepergian Anna untuk kembali ke Cairo melanjutkan tesis S2-nya. Kiai Lutfi langsung mencalonkan Anna. Azzam pun dengan mantap menerima Anna sebagai calon istrinya. Hari itu juga ba'da maghrib, Kiai Lutfi menikahkan Azzam dengan Anna. Jama'ah mesjid yang mengikuti sholat maghrib menjadi saksi pernikahan mereka. Subhanallah, Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohnya Anna Althafunnisa seperti apapun berliku jalannya maka ia akan sampai pada jodohnya.
Di buku KCB 1, Kang Abik berhasil membuat pembacanya seolah-olah berada di Negeri 1000 Menara, Negeri Para Nabi, Negeri Mesir. Di buku itu pula diceritakan mengenai perjuangan para mahasiswa & mahasiswi Indonesia dalam menuntut ilmu di Negeri Para Nabi tersebut. Di buku ini, Kang Abik lebih banyak mengangkat Kota Solo dan Pesantren Daarul Qur'an atau yang lebih dikenal dengan Pesantren Wangen yang diasuh oleh Kiai Lutfi. Kiai Lutfi adalah ayah dari Anna Althafunnisa, seorang bidadari dambaan para mahasiswa Cairo yang sedang menyelesaikan S2-nya. Di buku ini juga diceritakan mengenai Ayatul Husna, seorang penulis novel yang mendapatkan penghargaan karya terbaik nomor 1. Ayatul Husna atau yang lebih akrab dipanggil Husna, tak lain dan tak bukan adalah adik kandung Khairul Azzam. Khairul Azzam, salah seorang mahasiswa Indonesia yang menuntut ilmu di Cairo selama 9 tahun. Tapi Azzam, lebih dikenal dengan pembuat tempe dan bakso demi memenuhi kebutuhan ibu dan 3 orang adik perempuannya di Indonesia. Setelah 9 tahun menuntut ilmu di Negeri para Nabi, akhirnya Azzam kembali juga ke tanah air. Ia menemani Husna menerima penghargaan yang diselenggarakan di Graha Bhakti Budaya TIM. Ia juga berkumpul kembali dengan ibu dan adik-adiknya. Bulan pertama di Indonesia, banyak yang mencibir dirinya. "Sayang ya sembilan tahun di Mesir masih menganggur. Aku kira begitu pulang dari luar negeri langsung ditarik jadi dosen di IAIN atau STAIN. Eh malah jualan bakso. Kalo hanya jualan bakso, ngapain jauh-jauh kuliah di Mesir." Cibiran itu sempat membuat telinga ibunya Azzam menjadi panas. Ia meminta pada Azzam untuk keluar rumah layaknya pegawai kantoran. Inilah jeleknya orang Indonesia, yang dianggap bekerja apabila dia menjadi pegawai di salah satu Perusahaan. Sedangkan yang berwirausaha dianggap menganggur. Akhirnya Azzam menuruti keinginan ibunya, ia menyewa satu kamar kos di dekat pasar Kleco. Jam 08.00 ia sudah sampai di kamar kost-nya, belanja kemudian meracik baksonya. Jam 14.00 semuanya sudah siap. Jam 14.30 ia buka warung baksonya. Begitulah rutinitasnya setiap harinya. Kepada para tetangga, ibunya bilang kalo Azzam dah punya kantor di Solo. Azzam terus memutar otaknya bagaimana usaha baksonya sukses. Akhirnya ia membuat bakso cinta. Bakso yang berbentuk hati. Suasana warungnya didominasi dengan warna pink, dari gerobak, tenda, meja, kursi sampe mangkoknya pun berwarna pink. Di hari pembukaan warung bakso cintanya, sambutan dari pelanggan luar biasa. Hanya dalam waktu 4 jam baksonya habis terjual. Husna dan Lia, adiknya Azzam bahagia dibuatnya dan mereka yakin baksonya laris. Akhirnya bakso cinta ia patenkan. Belum genap 1 bulan warung bakso cintanya sudah bertambah besar dan ia membuka cabang baru di UNS. Omsetnya per bulan mencapai dua puluh juta. Ia pun bisa membeli mobil sederhana layak pakai. Otaknya terus berputar untuk mencari peluang bisnis yang lainnya. Ia membuka bisnis fotokopi tak jauh dari warung baksonya dan diberi nama Fotocopy Cinta. Hasilnya tidak terlalu mengecewakan meskipun tidak secepat bakso cinta. Setelah bisnisnya sukses sang ibu pun menginginkan agar Azzam segera menikah. Azzam pun memulai berikthiar, ikhtiar mencari cinta. Dari Mila hingga Seila. Dan beberapa gadis lainnya yang berusaha diikhtiarkan oleh Azzam. Akhirnya Azzam dikenalkan oleh seorang dokter muda bernama Alviana Rahmana Putri atau Vivi. Vivi menerima lamaran Azzam. Husna juga merasakan kebahagiaan yang sama dengan kakaknya, ia menerima lamaran Muhammad Ilyas. Seorang santri Kiai Lutfi yang melanjutkan kuliah di Madinah dan S2 di Aligarh India. Rencananya pernikahan Husna akan dilaksanakan di hari yang sama dengan syukuran pernikahan Azzam di Kartasura. Tapi Allah berkehendak lain. 4 hari sebelum hari yang membahagiakan itu, Azzam dan ibunya pergi menemui Kiai Lufti untuk memintanya menjadi mau'idhah hasanahnya. Tapi Kiai Lutfi menolaknya, karena dirinya merasa tidak pantas memberikan mau'idhah pada orang lain karna kegagalan pernikahan putrinya, Anna Althafunnisa yang hanya berumur 6 bulan. Selama 6 bulan pernikahannya, Anna masih janda kembang. Mahkotanya masih suci dan belum direnggut oleh Furqan, mantan suaminya. Akhirnya Kiai Lutfi mereferensikan Kiai Kamal di Delanggu sebagai pengganti dirinya. Azzam dan ibunya pun bergegas menemui Kiai Kamal. Di tengah perjalanan bemper depan sebuah bus menghantam motor yang dikendari Azzam. Kecelakaan itu merenggut nyawa ibunya dan Azzam mengalami luka yang cukup parah. Kaki kirinya patah dan harus dioperasi. Melihat keadaannya seperti itu, Azzam memberikan kebebasannya pada Vivi. Dia boleh menikah dengan siapa saja yang dia suka. Vivi pun bertekad untuk setia pada Azzam. Tapi Allah berkehendak lain, ibunya Vivi menjodohkannya dengan orang lain. Azzam sempat terpuruk, tapi berkat Husna semangatnya berikhtiar menemukan jodoh terbaik pilihan Allah kembali berkobar. Ia datang pada Kiai Lutfi dan menyerahkan cincin yang dikembalikan oleh Vivi. Ia memohon kepada Kiai Lutfi untuk mencarikan jari siapa yang cocok dan menerima cincin itu. Kedatangan Azzam ke rumah Kiai Lutfi bertepatan dengan rencana kepergian Anna untuk kembali ke Cairo melanjutkan tesis S2-nya. Kiai Lutfi langsung mencalonkan Anna. Azzam pun dengan mantap menerima Anna sebagai calon istrinya. Hari itu juga ba'da maghrib, Kiai Lutfi menikahkan Azzam dengan Anna. Jama'ah mesjid yang mengikuti sholat maghrib menjadi saksi pernikahan mereka.


Subhanallah, Allahlah yang mengatur hidup ini. Kalau memang jodohnya Anna Althafunnisa seperti apapun berliku jalannya maka ia akan sampai pada jodohnya.